Pages

Rabu, 15 Mei 2013

Teru -Teru Bozu ?

waah, mimin yang satu ini baru pertama ngepost niihh, siapa yaa? pokoknya ini admin yang dinilai paling lelet dalam semua hal dan pastinya yang paling sok imuuutt :3 udah taukaaan? ok mimin mau mosting tentang boneka teru teru bozu (てるてる坊主). apato ituuu?? yaudah deh, selamat membaca yaa !!


Teru Teru Bozu

Teru Teru Bozu itu boneka penolak hujan dari Jepang. (kalo di indonesia mungkin pawang hujan kali yee -_- )  biar hujan nggak turun, orang-orang Jepang membuat boneka teru teru bozu (てるてる坊主). "Teru" dalam bahasa jepang punya arti cahaya matahari. Dan "bozu" berarti biksu (kalo di jepang sana bahasa gaulnya “Botak”) *wakss?. kalo di translate-in sih jadinya “Pendeta Buddha Yang Bersinar”.  Teru teru bozu  adalah Boneka kecil yang terbuat dari selembar kain putih atau kertas tissue ini dipercaya bisa menangkal hujan. Bentuk boneka ini menurut mimin cukup sederhana, boneka yang berkepala botak *bisa di lihat di gambar. Anak-anak biasanya menggantungnya sehari sebelum piknik sekolah, untuk meminta hari yang cerah esok. Selain anak anak petani juga sering memasang boneka ini di jendela rumahnya agar cuaca cerah. Karena hujan yang tinggi juga gak baik buat tanamannya.

Teru teru bozu dipasang di jendela dengan seutas tali dengan kepala boneka menghadap keatas dan pastinya di gantung (Kayak orang gantung diri ya -_-). Kalo boneka teru teru bozu di pasang kebawah artinya menjadi kebalik, menjadi meminta hujan. Dan ternyata, sampai sekarang masyarakat di jepang sono masih percaya kemujaraban *ciehh* boneka ini.

Teru teru bosu ternyata memiliki sebuah lagu. Dan Ternyataaa lagii Lagu ini dikabarkan memiliki sejarah gelap daripada boneka yang pertama kali muncul. Hal ini diduga berasal dari sebuah kisah tentang seorang biksu yang berjanji pada petani untuk menghentikan hujan dan membawa cuaca cerah selama hujan berkepanjangan yang merusak tanaman. Ketika biarawan itu gagal membawa sinar matahari, ia dieksekusi.
 Iniloo lagunyaa Teru Teru Bozu :


Romanji

Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Itsuka no yume no sora no yō ni
Haretara kin no suzu ageyo

Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Watashi no negai wo kiita nara
Amai o-sake wo tanto nomasho

Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Sorete mo kumotte naitetara
Sonata no kubi wo chon to kiru zo

Terjemahan :

Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru
Jangan membuat esok hari yang cerah
Seperti langit dalam mimpi suatu waktu
Jika cerah aku akan memberimu sebuah bel emas

Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru
Jangan membuat esok hari yang cerah
Jika Anda membuat keinginan saya menjadi kenyataan
Kami akan minum banyak anggur beras manis

Teru-Teru-bōzu, bōzu Teru
Jangan membuat esok hari yang cerah
Tetapi jika awan menangis (hujan)
Lalu aku akan memotong kepala

Song by: Kyoson Asahara and composed by : Shinpei Nakayama, Dirilis th.1921












Sabtu, 04 Mei 2013

Bagaimana Cara Tidur yang Baik?



Posisi tidur yang berbahaya! Jangan ditiru di rumah!

Hi! How are you? Kali ini, Who-anggota ghaibnya Hejek- mau ngebahas tentang bagaimana cara tidur yang baik. Temen-temen pasti sering tidur kan kalo’ malam?  : D Iya lah, gimana sih. Tapi temen-temen kalo’ tidur gimana sih? Apakah udah bener? Yuk, kita simak bagimana cara tidur yang baik.

1. Jangan tidur sambil mendengarkan musik atau membiarkan TV menyala

Waktu kita tidur, otak kita ternyata masih berjalan lho! Otak kita masih mendata kegiatan apa saja yang kita lakukan seharian. Jadi, jangan pakai headset/headphone buat dengerin musik sambil tidur, apalagi tidur di depan TV dan TV nya masih nyala. Kan kasihan otak kita, udah kerja menyimpan data-data, masih ditambah dengan musik atau suara TV yang masuk ke telinga kita dan akhirnya dicerna sama otak kita. Kerja otak tambah berat dong! Akibatnya, teman-teman kalo’ habis bangun tidur bukannya fresh malah jadi pegel-pegel.

2. Jangan tidur saat perut masih kenyang

Usahakan, setelah makan jangan langsung tidur. Perut yang kekenyangan atau penuh makanan dan minuman akan mengganggu tidur kita. Karena apa? Perut jadi nggak lancer mencerna makanan, dan apakah teman-teman tahu akibatnya? Gizi dari makanan yang kita makan tidak dapat terserap oleh tubuh dan akhirnya kita kekurangan gizi.

3. Gosok gigi sebelum tidur

Kalau habis makan, terutama setelah makan malam, kita wajib tunggu satu jam dulu baru bisa tidur. Nah, kalau mau tidur, kita harus rajin sikat gigi biar kuman-kuman sisa makanan tidak menempel dan merusak gigi kita. Tidur pun lebih nyenyak karena bau napas mulut yang segar.

4. Tenangkan pikiran sebelum tidur

Kalo’ mau tidur, kita harus tenangkan pikiran terlebih dahulu. Misalnya, kita bisa duduk-duduk sebentar sebelum tidur, atau berwudhu agar pikiran kita lebih fresh. Berdoa sebelum tidur itu juga penting biar nggak ada yang ngganggu waktu tidur. Kalau tidur dalam keadaan yang tenang dan damai kan tidur jadi lebih nyenyak.

5. Miringkan posisi tubuh ke kanan saat tidur

Bagaimana posisi tidur teman-teman? Apakah terlentang? Tengkurap? Miring ke kiri? Miring ke kanan? Menurut penelitian, tidur itu paling baik miring ke kanan.  Ukuran paru-paru sebelah kiri lebih kecil daripada paru-paru sebelah kanan. Karena itu, jantung menahan beban yang lebih sedikit dan lever pun berada dalam kondisi stabil dan tidak menggantung. Lambung juga berada dalam kondisi nyaman. Posisi seperti ini membantu mempercepat proses pengosongan lambung. Manfaat tidur miring ke kanan:

1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri
2. Mengurangi beban jantung.
3. Mengistirahatkan lambung.
4. Meningkatkan pengosongan kandung empedu, pankreas.
5. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi.
6. Merangsang buang air besar (BAB).
7. Mengisitirahatkan kaki kiri.
8. Menjaga kesehatan paru-paru.
9. Menjaga saluran pernafasan. 

Selain itu, kita sebaiknya menaruh tangan kita di bawah pipi kanan kita. Seperti cara tidur Rasulullah SAW. Berikut adalah hadisnya:

Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
dan
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.”
(HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)